Rabu, 17 Agustus 2016

ATLIT PENCAK SILAT WEWEY WITA

PALEMBANG , 18 AGUSTUS 2016 07.29
http://olahraga.kompas.com/read/2015/03/11/15370871/Wewey.Wita.Awalnya.untuk.Jaga.Diri

Olahraga bela diri yang keras bukan hanya dominasi laki-laki. Cabang-cabang bela diri yang akan diikuti atlet Indonesia di SEA Games Singapura 2015 memiliki atlet-atlet putri yang menjadi andalan untuk mendulang medali, salah satunya pesilat putri Wewey Wita yang akan berlaga di nomor tarung Kelas C (55-60 kilogram).

 Sebagai pesilat putri yang tergolong masih berusia muda, 23 tahun, Wewey diharapkan mengulang keberhasilannya di kejuaraan dunia pencak silat di Phuket, Thailand, Januari lalu. Di sana, dia memperoleh dua prestasi sekaligus, yaitu merebut medali emas Kelas C dan dinobatkan sebagai pesilat putri terbaik.

Pernah mencoba menekuni cabang bela diri lainnya, yaitu karate, Wewey memilih pencak silat sebagai jalan hidupnya. Mahasiswi semester IV Universitas Negeri Jakarta itu mulai mengenal pencak silat sejak duduk di bangku kelas V sekolah dasar di Ciamis, Jawa Barat.

Sebagai penggemar olahraga, semua ekstrakurikuler olahraga di sekolah diikutinya, mulai dari basket, atletik, renang, hingga pencak silat.

Perkenalannya dengan pencak silat adalah untuk jaga diri sebagai perempuan. ”Melihat perempuan yang tertindas, rasanya ingin membela, tapi kalau ingin membela harus punya ilmu bela diri. Awalnya pencak silat untuk jaga diri, tapi lama-lama keasyikan, enak, dan berlanjut,” kata Wewey.

Sebelum menekuni pencak silat, Wewey pernah belajar karate. Namun, hanya beberapa kali pertemuan, dia memilih kembali belajar pencak silat dengan alasan jenuh. Di pencak silat, Wewey menemukan teman-teman yang menyenangkan untuk berlatih dan bergaul. ”Para seniornya baik-baik,” ujar Wewey yang mendapat gemblengan ilmu silat di perguruan silat Perisai Diri.

Seperti pengalaman atlet bela diri putri lainnya, orangtua Wewey pun sempat melarangnya. Namun, orangtuanya tidak lagi melarang setelah putrinya sangat bersungguh-sungguh dan mulai berprestasi. Niatnya menjadi atlet pencak silat semakin serius setelah bergabung dengan PPLP Jawa Barat di Bandung saat kelas III SMP.

 Jiwa petarung mengalir dalam diri Wewey. Itu terbukti dengan pilihannya menekuni nomor tarung yang keras, bukan nomor seni yang mengutamakan keindahan dan kekompakan memperagakan jurus.

”Silat lebih sulit daripada cabang bela diri lain. Seperti karate, ada batas kekuatan untuk menyerang lawan. Kalau silat, harus menyerang sekuat mungkin,” kata atlet yang sudah biasa mendapat memar- memar di tubuhnya setelah latihan itu.

”Alhamdulillah, kalau patah tulang belum pernah, tapi kalau retak sudah sering. Tapi lama-lama jadi biasa karena pencak silat sudah mendarah daging,” ujarnya.

Wewey mengungkapkan, dirinya belum pernah mencoba menekuni nomor seni. Sejak awal, tujuannya mempelajari pencak silat adalah untuk menjaga diri yang artinya berani bertarung satu lawan satu.

”Persaingan di nomor tarung lebih berat karena setiap orang punya kemampuan masing-masing. Nomor tarung lebih sulit dipelajari dan lebih menantang. Kalau di nomor seni, Indonesia unggul karena pencak silat asalnya dari Indonesia. Keindahan dan kemantapan pesilat Indonesia sulit disaingi,” ungkapnya menjelaskan alasannya mantap menjadi pesilat nomor tarung.

Di SEA Games Singapura yang merupakan SEA Games keduanya, pesilat yang hobi menyanyi dan karaoke itu ingin mempersembahkan medali emas untuk meningkatkan pencapaiannya di SEA Games Myanmar. (WAD)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar