PALEMBANG , 18 AGUSTUS 2016 07.29
http://olahraga.kompas.com/read/2015/03/11/15370871/Wewey.Wita.Awalnya.untuk.Jaga.Diri
Olahraga bela diri yang keras bukan hanya dominasi laki-laki.
Cabang-cabang bela diri yang akan diikuti atlet Indonesia di SEA Games
Singapura 2015 memiliki atlet-atlet putri yang menjadi andalan untuk
mendulang medali, salah satunya pesilat putri Wewey Wita yang akan
berlaga di nomor tarung Kelas C (55-60 kilogram).
Sebagai
pesilat putri yang tergolong masih berusia muda, 23 tahun, Wewey
diharapkan mengulang keberhasilannya di kejuaraan dunia pencak silat di
Phuket, Thailand, Januari lalu. Di sana, dia memperoleh dua prestasi
sekaligus, yaitu merebut medali emas Kelas C dan dinobatkan sebagai
pesilat putri terbaik.
Pernah mencoba menekuni cabang bela diri
lainnya, yaitu karate, Wewey memilih pencak silat sebagai jalan
hidupnya. Mahasiswi semester IV Universitas Negeri Jakarta itu mulai
mengenal pencak silat sejak duduk di bangku kelas V sekolah dasar di
Ciamis, Jawa Barat.
Sebagai penggemar olahraga, semua
ekstrakurikuler olahraga di sekolah diikutinya, mulai dari basket,
atletik, renang, hingga pencak silat.
Perkenalannya dengan pencak
silat adalah untuk jaga diri sebagai perempuan. ”Melihat perempuan yang
tertindas, rasanya ingin membela, tapi kalau ingin membela harus punya
ilmu bela diri. Awalnya pencak silat untuk jaga diri, tapi lama-lama
keasyikan, enak, dan berlanjut,” kata Wewey.
Sebelum menekuni
pencak silat, Wewey pernah belajar karate. Namun, hanya beberapa kali
pertemuan, dia memilih kembali belajar pencak silat dengan alasan jenuh.
Di pencak silat, Wewey menemukan teman-teman yang menyenangkan untuk
berlatih dan bergaul. ”Para seniornya baik-baik,” ujar Wewey yang
mendapat gemblengan ilmu silat di perguruan silat Perisai Diri.
Seperti
pengalaman atlet bela diri putri lainnya, orangtua Wewey pun sempat
melarangnya. Namun, orangtuanya tidak lagi melarang setelah putrinya
sangat bersungguh-sungguh dan mulai berprestasi. Niatnya menjadi atlet
pencak silat semakin serius setelah bergabung dengan PPLP Jawa Barat di
Bandung saat kelas III SMP.
Jiwa petarung mengalir dalam diri
Wewey. Itu terbukti dengan pilihannya menekuni nomor tarung yang keras,
bukan nomor seni yang mengutamakan keindahan dan kekompakan memperagakan
jurus.
”Silat lebih sulit daripada cabang bela diri lain.
Seperti karate, ada batas kekuatan untuk menyerang lawan. Kalau silat,
harus menyerang sekuat mungkin,” kata atlet yang sudah biasa mendapat
memar- memar di tubuhnya setelah latihan itu.
”Alhamdulillah,
kalau patah tulang belum pernah, tapi kalau retak sudah sering. Tapi
lama-lama jadi biasa karena pencak silat sudah mendarah daging,”
ujarnya.
Wewey mengungkapkan, dirinya belum pernah mencoba
menekuni nomor seni. Sejak awal, tujuannya mempelajari pencak silat
adalah untuk menjaga diri yang artinya berani bertarung satu lawan satu.
”Persaingan
di nomor tarung lebih berat karena setiap orang punya kemampuan
masing-masing. Nomor tarung lebih sulit dipelajari dan lebih menantang.
Kalau di nomor seni, Indonesia unggul karena pencak silat asalnya dari
Indonesia. Keindahan dan kemantapan pesilat Indonesia sulit disaingi,”
ungkapnya menjelaskan alasannya mantap menjadi pesilat nomor tarung.
Di
SEA Games Singapura yang merupakan SEA Games keduanya, pesilat yang
hobi menyanyi dan karaoke itu ingin mempersembahkan medali emas untuk
meningkatkan pencapaiannya di SEA Games Myanmar. (WAD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar